Blog bagi Alumni, calon Alumni, Dosen pencetak alumni Sastra Inggris, UNS, Solo.
Website: http://sasing.site40.net
Mailing list: alumni_sastra_inggris_uns@yahoogroups.com
Thursday, November 05, 2009
Kacamata Penerjemah vs Manusia Penerjemah
Jepang - Bahasa seringkali menjadi kendala saat seseorang berkomunikasi dengan orang dari negara lain. Sebuah 'kacamata' penerjemah akan memudahkan dalam berkomunikasi. Seperti apa sih?
Adalah NEC, sebuah perusahaan teknologi Jepang yang membesut alat tersebut. Berbentuk menyerupai kacamata, namun tanpa lensa, Tele Scouter-demikian nama alat ini- akan membantu orang yang mengenakannya untuk memahami bahasa lawan bicaranya.
Syaratnya, kedua orang yang sedang bercakap-cakap harus mengenakan kacamata ini. Hasil terjemahan akan tersedia secara cepat melalui suara dan teks, seperti layaknya subtitle dalam film.
"Anda dapat membuat percakapan terus mengalir. Alat ini dapat digunakan dalam pembicaraan penting," ujar pejabat pengembangan pasar NEC, Takayuki Omino, seperti dikutip detikINET dari AFP, Jumat (6/11/2009).
Dengan kehadiran alat ini, kedua pihak yang terlibat dalam pembicaraan tidak membutuhkan jasa seorang penerjemah manusia, sehingga kerahasiaan percakapan dapat lebih terjaga.
Cara kerjanya, setiap ucapan pembicara akan ditangkap oleh mikrofon, diterjemahkan oleh software penerjemah dan terjemahan akan tersedia, baik dalam bentuk teks maupun audio. Pengguna alat ini tetap masih bisa menatap lawan bicaranya karena teks terjemahan hanya akan diproyeksikan ke bagian retina.
Untuk tahap awal, Tele Scouter ini akan diluncurkan di Jepang, November tahun depan, namun tanpa alat penerjemah. Tele Scouter tanpa penerjemah ini dapat digunakan oleh orang-orang di bagian penjualan, dengan cara dihubungkan kamera, software pendeteksi wajah dan database klien toko untuk memberikan informasi tentang riwayat pembelian konsumen.
Sementara itu Tele Scouter yang dilengkapi dengan penerjemah rencananya baru akan diluncurkan di tahun 2011.
Tele Scouter (AFP) & Fransiska Ari Wahyu - detikinet
10 Tips Menulis Fiksi dari "King of Horror" Stephen King
Bagi anda yang tertarik untuk menjadi penulis novel fiksi, atau baru coba-coba untuk menulis, mungkin buku karya Stephen King yang berjudul Stephen King-On Writing-A Memoir of the Craft bisa menjadi salah satu bahan bacaan anda.
Dalam buku ini, Stephen King, yang dijuluki “the King of Horror” karena karya-karyanya yang bergenre horor dan terjual jutaan copy, menuliskan autobiografinya sekaligus berbagi kiat-kiat dan pengalamannya dalam menciptakan karya-karya fiksinya.
Beberapa kiat yang saya temukan dalam buku ini, antara lain:
1. Belajarlah mengenali ide saat dia datang mendekatimu. Ide bisa datang kapan saja dan dimana saja, yang penting adalah apakah anda menyadari bahwa hal tersebut bisa diangkat menjadi cerita yang menarik.
2. Jangan menggunakan kata keterangan terlalu banyak. penggunaan banyak kata keterangan bisa membuat cerita fiksi menjadi membosankan dan terasa hanya seperti sebuah laporan tanpa membawa emosi pembacanya larut dalam cerita.
3. Tulis apa yang ingin anda tulis! Kalau anda merasa terinspirasi untuk menulis cerita drama, horor, atau apapun, jangan ragu-ragu untuk memulai menuliskannya.
4. Gunakan kalimat-kalimat yang lugas. Kalimat-kalimat yang singkat dan lugas akan membangkitkan daya imajinasi para pembaca. Daripada mendeskripsikan setiap hal dalam cerita anda secara detail, mungkin ada baiknya anda hanya menuliskan satu kalimat singkat untuk menggambarkannya dan biarkan para pembaca anda mempunyai gambaran sendiri tentang hal tersebut.
5. Jangan menetapkan tema. Mulailah menulis dari satu kejadian yang ingin anda tulis. lalu kembangkan ceritanya dari titik itu, biarkan tokoh-tokohnya bercerita sendiri. Akhirnya lakukan penulisan ulang cobalah temukan “sesuatu” yang menjadi benang merah yang ingin disampaikan oleh cerita tersebut, perjelas “sesuatu” tersebut.
6. Gunakan hal-hal yang anda ketahui hanya untuk memperkaya cerita. Misalnya hal-hal dalam pekerjaan anda. Kebanyakan orang mungkin tidak tertarik untuk mengetahui bagaimana keseharian seorang penjaga toko, tapi petualangan seorang penjaga toko yang menyaksikan pembunuhan dan diburu sekelompok penjahat bisa menjadi cerita yang menarik.
7. Perbanyak membaca, dan banyaklah menulis! Karya penulis lain bisa memberi anda inspirasi dan membantu anda untuk menemukan gaya menulis anda sendiri.
8. Tetapkan waktu yang teratur setiap hari untuk menulis. Kalau anda sudah memiliki jadwal tertentu untuk menulis, menulis pada akhirnya mungkin menjadi kebiasaan anda dan anda bisa menuliskan novel anda sendiri.
9. Menulislah di ruangan tertutup. anda harus punya tempat pribadimu untuk menulis. Hal ini diperlukan agar konsentrasi anda saat menulis tidak terganggu.
10. Bacalah tulisanmu, hanya untuk dirimu sendiri. Setelah anda bisa memahami tulisan anda sendiri, berbagilah dengan pembaca pertama anda dan minta pendapatnya.
Semua kiat disampaikan Stephen King dalam bukunya dengan gaya bahasa yang menarik dan tidak membosankan, lugas dan mudah untuk dimengerti, disertai dengan berbagai contoh nyata dari pengalaman pribadi sang penulis.
sumber: Ferdinandus Untoro Ardi dari http://karismareview.blogspot.com/2009/02/10-tips-menulis-fiksi-dari-king-of.html
Tip-tip Menjadi Penyunting Naskah yang Baik
Berikut ini bebarapa syarat untuk menjadi seorang editor yang dituliskan Pamusuk Eneste dalam "Buku Pintar Penyuntingan Naskah".
1. Menguasai ejaan.
Harus paham benar ejaan bahasa Indonesia yang baku saat ini. Penggunaan huruf kecil dan huruf kapital, pemenggalan kata, dan penggunaan tanda-tanda baca (titik, koma, dan lain-lain) harus dipahami benar. Bagaimana bisa memperbaiki naskah orang lain jika tidak memahami seluk beluk ejaan bahasa Indonesia.
2. Menguasai tatabahasa.
Seorang editor harus menguasai bahasa Indonesia dalam arti luas, tahu kalimat yang baik dan benar, kalimat yang salah dan tidak benar, kata-kata yang baku, bentuk-bentuk yang salah kaprah, pilihan kata yang pas, dan sebagainya.
3. Bersahabat dengan kamus.
Seseorang yang malas membuka kamus sebetulnya tidak cocok menjadi penyunting naskah karena ahli bahasa sekalipun tidak mungkin menguasai semua kata ag ada dalam satu bahasa tertentu, apalagi kalau berbicara mengenai bahasa asing.
4. Memiliki kepekaan bahasa.
Peyunting naskah harus tahu mana kalimat yang kasar dan kalimat yang halus; harus tahu mana kata yang perlu dihindari dan maa kata yang sebaiknya dipakai, harus tahu kapan kalimat atau kata tertentu digunakan atau dihindari. Untuk itu seorang penyunting naskah peru mengikuti tulisan-tulisan pakar bahasa atau kolom bahasa yang ada di sejumlah media cetak.
5. Memiliki pengetahuan luas.
Harus banyak membaca buku, majalah, koran, dan menyerap informasi dari media audiovisual agar tidak ketinggalan informasi.
6. Memiliki ketelitian dan kesabaran.
Dalam keadaan apapun, ketika menjalankan tugasnya seorang editor harus tetap teliti menyunting setiap kalimat, setiap kata, dan setiap istilah yang digunakan penulis naskah. Ia juga harus sabar menghadapi setiap naskah, karena proses penyuntingan itu memakan proses yang berulang-ulang.
7. Memiliki kepekaan terhadap SARA dan Pornografi.
Penyunting naskah harus tahu kalimat yang layak cetak, kalimat yang perlu diubah konstruksinya, dan kata yang perlu diganti dengan kata lain. Dalam hal ini seorang penyunting harus peka terhadap hal-hal yang berbau suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
8. Memiliki keluwesan.
Sikap luwes dan supel harus dimiliki seorang penyunting naskah karena akan sering berhubungan dengan orang lain. Penyunting harus bersedia mendengarkan berbagai pertanyaan, saran, dan keluhan. Dengan kata lain, seorang yang kaku tidaklah cocok menjadi penyunting naskah.
9. Memiliki kemampuan menulis.
Hal ini perlu dimiliki seorang penyunting naskah karena kalau tidak tahu menulis kalimat yang benar tentu kita pun akan sulit membetulkan atau memperbaiki kalimat orang lain.
10. Menguasai bidang tertentu.
Ada baiknya jika seorang penyunting naskah menguasai salah satu bidang keilmuan tertentu karena akan sangat membantu dalam tugasnya sehari-hari.
11. Menguasai bahasa asing.
Dalam tugasnya, seorang penyunting naskah akan berhadapan dengan istilah-istilah yang berasal dari bahasa Inggris. Minimal, seorang penyunting naskah dapat menguasai bahasa Inggris secara pasif. Artinya dapat membaca dan memahami teks bahasa Inggris.
12. Memahami kode etik penyuntingan naskah.
Berikut beberapa kode etik penyuntingan naskah yang ada dalam buku ini.
1. Editor wajib mencari informasi mengenai penulis naskah.
2. Editor bukanlah penulis naskah.
3. Wajib menghormati gaya penulis naskah.
4. Wajib merahasiakan informasi yang terdapat dalam naskah yang disuntingnya.
5. Wajib mengonsultasikan hal-hal yang mungkin akan diubahnya dalam naskah.
6. Tidak boleh menghilangkan naskah yang akan, sedang, atau telah ditulisnya.
Sumber: Ferdinandus Untoro Ardi
1. Menguasai ejaan.
Harus paham benar ejaan bahasa Indonesia yang baku saat ini. Penggunaan huruf kecil dan huruf kapital, pemenggalan kata, dan penggunaan tanda-tanda baca (titik, koma, dan lain-lain) harus dipahami benar. Bagaimana bisa memperbaiki naskah orang lain jika tidak memahami seluk beluk ejaan bahasa Indonesia.
2. Menguasai tatabahasa.
Seorang editor harus menguasai bahasa Indonesia dalam arti luas, tahu kalimat yang baik dan benar, kalimat yang salah dan tidak benar, kata-kata yang baku, bentuk-bentuk yang salah kaprah, pilihan kata yang pas, dan sebagainya.
3. Bersahabat dengan kamus.
Seseorang yang malas membuka kamus sebetulnya tidak cocok menjadi penyunting naskah karena ahli bahasa sekalipun tidak mungkin menguasai semua kata ag ada dalam satu bahasa tertentu, apalagi kalau berbicara mengenai bahasa asing.
4. Memiliki kepekaan bahasa.
Peyunting naskah harus tahu mana kalimat yang kasar dan kalimat yang halus; harus tahu mana kata yang perlu dihindari dan maa kata yang sebaiknya dipakai, harus tahu kapan kalimat atau kata tertentu digunakan atau dihindari. Untuk itu seorang penyunting naskah peru mengikuti tulisan-tulisan pakar bahasa atau kolom bahasa yang ada di sejumlah media cetak.
5. Memiliki pengetahuan luas.
Harus banyak membaca buku, majalah, koran, dan menyerap informasi dari media audiovisual agar tidak ketinggalan informasi.
6. Memiliki ketelitian dan kesabaran.
Dalam keadaan apapun, ketika menjalankan tugasnya seorang editor harus tetap teliti menyunting setiap kalimat, setiap kata, dan setiap istilah yang digunakan penulis naskah. Ia juga harus sabar menghadapi setiap naskah, karena proses penyuntingan itu memakan proses yang berulang-ulang.
7. Memiliki kepekaan terhadap SARA dan Pornografi.
Penyunting naskah harus tahu kalimat yang layak cetak, kalimat yang perlu diubah konstruksinya, dan kata yang perlu diganti dengan kata lain. Dalam hal ini seorang penyunting harus peka terhadap hal-hal yang berbau suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
8. Memiliki keluwesan.
Sikap luwes dan supel harus dimiliki seorang penyunting naskah karena akan sering berhubungan dengan orang lain. Penyunting harus bersedia mendengarkan berbagai pertanyaan, saran, dan keluhan. Dengan kata lain, seorang yang kaku tidaklah cocok menjadi penyunting naskah.
9. Memiliki kemampuan menulis.
Hal ini perlu dimiliki seorang penyunting naskah karena kalau tidak tahu menulis kalimat yang benar tentu kita pun akan sulit membetulkan atau memperbaiki kalimat orang lain.
10. Menguasai bidang tertentu.
Ada baiknya jika seorang penyunting naskah menguasai salah satu bidang keilmuan tertentu karena akan sangat membantu dalam tugasnya sehari-hari.
11. Menguasai bahasa asing.
Dalam tugasnya, seorang penyunting naskah akan berhadapan dengan istilah-istilah yang berasal dari bahasa Inggris. Minimal, seorang penyunting naskah dapat menguasai bahasa Inggris secara pasif. Artinya dapat membaca dan memahami teks bahasa Inggris.
12. Memahami kode etik penyuntingan naskah.
Berikut beberapa kode etik penyuntingan naskah yang ada dalam buku ini.
1. Editor wajib mencari informasi mengenai penulis naskah.
2. Editor bukanlah penulis naskah.
3. Wajib menghormati gaya penulis naskah.
4. Wajib merahasiakan informasi yang terdapat dalam naskah yang disuntingnya.
5. Wajib mengonsultasikan hal-hal yang mungkin akan diubahnya dalam naskah.
6. Tidak boleh menghilangkan naskah yang akan, sedang, atau telah ditulisnya.
Sumber: Ferdinandus Untoro Ardi
Sunday, November 01, 2009
Dicari Naskah/Penulis Novel
Negri 5 MEnara: Novel Motivasi dan Kocak
Novel ini bertaburan motivasi dan kocak. Misal:
"Man jadda wajada” (siapa yang bersungguh- sungguh, akan berhasil)
”Pilihlah suasana hati kalian dalam situasi paling kacau sekalipun. Karena kalianlah master dan penguasa hati kalian. Dan hati yang selalu bisa dikuasai pemiliknya adalah hati orang sukses.”
”Saajtahidu fauqa mustawal al-akhar, aku akan berjuang di atas rata-rata yang dilakukan orang lain. Yang membedakan orang sukses dan tidak adalah usaha. Perbedaan antara juara satu lari 100 meter dunia hanya 0,00 detik. Jarak juara renang dengan saingannya mungkin hanya satu ruas jari. Jadi, untuk menjadi juara dan sukses, kita hanya butuh usaha sedikit lebih baik dari orang kebanyakan”.
Sukses dengan "Man Jadda Wajada"
"Man jadda wajada” (siapa yang bersungguh- sungguh, akan berhasil). Mantra berbahasa Arab ini sepertinya akan sering dibaca. Lirih, diam-diam, dirapal dalam hati, atau bahkan diteriakkan dengan kencang oleh jutaan orang yang masih memiliki harapan dan impian untuk berubah menjadi lebih baik, bagi dirinya pun bagi masyarakat.
Tren ini rasanya tidaklah mustahil terjadi. Sejak resmi diluncurkan Agustus lalu di sejumlah toko buku terkemuka di Tanah Air, Negeri 5 Menara (N5M) disajikan sebagai santapan sahur dan berbuka selama Ramadhan. Tampak, man jadda wajada sudah menunjukkan sihirnya. Mantra ini ditulis sebagai ID status di YM, Facebook, atau menjadi kutipan dalam blog oleh siapa saja. Mulai dari anak muda hingga orang dewasa. Baik mereka yang paham bahasa Arab dan sudah mengenal mantra itu sebelumnya ataupun yang baru mendapatkan setelah membaca buku karya A Fuadi ini.
Cerita yang diangkat N5M sebenarnya sederhana dan jamak ditemui. Kisah seorang anak (Alif) yang harus merantau dari tanah Minangkabau ke Jawa (Ponorogo) untuk meneruskan sekolah di Pondok Madani (PM). Di PM, ia berkawan karib dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung, dan Baso dari Gowa. Keenamnya kemudian dijuluki sahibul menara (orang yang memiliki menara) karena kebiasaan mereka yang sering berkumpul di bawah menara masjid sembari menunggu azan magrib. Saat berkumpul itulah setiap anak berbagi mimpi dan harapan.
Lanjutan kisah N5M bisa ditebak. Sahibul menara akhirnya dapat mencapai impian mereka. Baso yang tidak menyelesaikan sekolah di PM karena harus merawat neneknya yang sakit, bisa kuliah di Mekkah dengan bekal hafalan seluruh isi Al Quran. Atang menjadi mahasiswa program doktoral di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir. Raja menetap di London setelah sebelumnya menyelesaikan kuliah hukum Islam di Madinah. Sedangkan Alif, yang merupakan representasi sang penulis, berkesempatan melanjutkan studi di Washington DC. Bagaimana dengan Said dan Dulmajid? Dua sahibul menara itu juga mendapatkan impiannya: pulang ke kampung halaman dan memajukan pendidikan di sana.
Motivasi
Bukan hasil akhir para tokohnya yang membuat N5M menarik dibaca dan menjadi santapan nikmat penyejuk jiwa. Proses, perjuangan, dan ikhtiar mewujudkan impian yang terasa mustahil saat dibayangkan menjadi motivasi bagi siapa pun yang membacanya. Apalagi, selain mantra man jadda wajada, pembaca juga disuguhi kutipan-kutipan penuh motivasi di setiap babnya.
Misalnya, Ustaz Salman sebagai wali kelas membakar semangat anak didiknya agar tetap konsisten dalam belajar (hal 108) mengatakan, ”Pilihlah suasana hati kalian dalam situasi paling kacau sekalipun. Karena kalianlah master dan penguasa hati kalian. Dan hati yang selalu bisa dikuasai pemiliknya adalah hati orang sukses.”
Atau, saat Said, sahibul menara yang paling tua, memotivasi teman-temannya (hal 383). ”Saajtahidu fauqa mustawal al-akhar, aku akan berjuang di atas rata-rata yang dilakukan orang lain. Yang membedakan orang sukses dan tidak adalah usaha. Perbedaan antara juara satu lari 100 meter dunia hanya 0,00 detik. Jarak juara renang dengan saingannya mungkin hanya satu ruas jari. Jadi, untuk menjadi juara dan sukses, kita hanya butuh usaha sedikit lebih baik dari orang kebanyakan”.
Latar belakang cerita, yaitu pondok, juga menjadikan novel ini istimewa. Puluhan ribu atau mungkin ratusan ribu alumnus pesantren serasa diajak bernostalgia dengan semua aktivitas mereka selama 24 jam dan tujuh hari seminggu dalam suasana kebersamaan yang pernah mereka rasakan dulu. Bila belum mengenal pondok dan hanya mendengar melalui pemberitaan, melalui mata Alif dalam gaya tulisan Fuadi yang detail, pembaca diajak mengetahui kehidupan di dalamnya yang sangat dinamis.
Alih-alih mengenakan sarung seharian, santri PM diajari berpakaian penuh gaya. Sepatu mengilat dan kemeja berdasi yang disempurnakan dengan jas, dikenakan saat berpidato pada kegiatan muhadharah tiga kali seminggu dalam bahasa Indonesia, Arab, dan Inggris. Kemampuan verbal mereka dan keberanian berbicara di depan publik diuji dalam sesi ini.
Pendidikan
Pola pendidikan di PM dan semua aktivitas yang wajib diikuti seluruh santri sangat mendukung perkembangan kognitif, afektif, sekaligus motorik. Kognitif mereka tak hanya diasah saat proses belajar-mengajar dalam kelas, tapi juga ketika jam wajib belajar malam serta melalui klub-klub ekstrakurikuler.
Psikomotorik mereka dilatih melalui kewajiban mengikuti kegiatan pramuka dan klub olahraga. Perhelatan Liga Madani, sepak bola antar-asrama, yang selalu ditunggu menunjukkan betapa olahraga sudah menjadi bagian tak terpisahkan bagi para santri. Bahkan, sang kiai pun tak canggung berganti pakaian dengan kostum sepak bola dan menyepak si bulat bundar itu ke gawang. Lalu, afektif? Secara otomatis terasah ketika setiap santri harus berinteraksi dengan ribuan teman yang datang dari berbagai daerah berbeda di Tanah Air. Berinteraksi dan bersosialisasi dengan mereka, 24 jam sehari.
Jadi, ketika saat ini perguruan tinggi beramai-ramai menunjukkan dan mempromosikan program soft skills yang diberikan untuk menarik minat mahasiswa, PM sudah memberikannya secara berkesinambungan selama empat hingga enam tahun untuk setiap santri. Kepemimpinan mereka dilatih melalui kegiatan organisasi, mulai dari yang terkecil di lingkup kelas, kamar, klub, hingga organisasi di asrama dan pusat. Kesenian digembleng dan ditunjukkan melalui pergelaran seni akbar untuk kelas lima dan enam. Sebuah proses pembelajaran yang menggabungkan kinerja otak kiri dan kanan, menyelaraskan antara intelligence quotient (IQ), emotional quotient (EQ), dan spiritual quotient (SQ).
Tanggung jawab ustaz (guru) berkelanjutan, tak hanya mengajar di kelas, tetapi juga siap ditanyai apa pun di luar jam pelajaran. Bahkan menyediakan waktu khusus menjelang ujian membantu para santri saat belajar. Metode ini bisa menjadi referensi bagi para guru dalam mendidik siswa-siswinya bahwa menjadi pendidik tak otomatis berhenti ketika bel pulang sekolah dipukul dan ruang kelas ditutup.
Membicarakan novel fiksi yang ditulis berdasarkan kisah nyata dan yang rencananya akan dibuat trilogi ini memang tak ada habisnya. Bisa ditinjau dari berbagai aspek, seperti hubungan orangtua-anak, pendidikan, spiritual, olahraga, psikologi, seni, jurnalistik, motivasi, dan banyak lagi.
Yang pasti, novel yang bisa membawa pembacanya menangis terharu dan tertawa terbahak karena humor-humor ala pondok yang khas ini, mengajak Anda berani bermimpi dan memperjuangkannya. Jangan pernah meremehkan mimpi, walau setinggi apa pun. Karena, sungguh Tuhan Maha Mendengar (hal 405). Selamat bermimpi dan man jadda wajada.
Dewi Yuhana Alumnus Pondok Modern Gontor Putri, Direktur Nyiru Savira Consulting & Training
Tawaran Terbuka Penerjemahan "Morning Glory"
Dear all,
GagasMedia mengadakan tawaran terbuka penerjemahan buku "Morning Glory" karya LaVyrle Spencer.
File excerpt masing-masing buku ada di Attachment e-mail ini. Klik di sini untuk mendonwload file.
Bagi yang berminat, kami tunggu sampel terjemahan paling lambat hari Jumat, 6 November 2009. Harap setiap file terjemahan diformat seperti ini:
MORNING GLORY_nama Anda.doc
dan e-mail berisi sampel terjemahan dinamai seperti ini:
Terjemahan MORNING GLORY (nama Anda)
Di file terjemahan pun sebaiknya mencantumkan nama penerjemahnya untuk
memudahkan kerja redaksi.
Semua hasil terjemahan akan disimpan redaksi sebagai dokumen dan CV penerjemah.
Harap diperhatikan, bagaimana pun naskah ini adalah novel romance. Selain hasil terjemahan yang rapi, kami juga menilai keputusan Anda dalam memilih kata, dan menata kalimat. Dan kemampuan menghadirkan ambience romantis dalam hasil terjemahan Anda adalah nilai plus yang juga kami pertimbangkan nanti.
Selamat bekerja, kami tunggu kabar baik dari Anda sekalian.
Regards,
Redaksi GagasMedia
redaksi@gagasmedia.net
GagasMedia mengadakan tawaran terbuka penerjemahan buku "Morning Glory" karya LaVyrle Spencer.
File excerpt masing-masing buku ada di Attachment e-mail ini. Klik di sini untuk mendonwload file.
Bagi yang berminat, kami tunggu sampel terjemahan paling lambat hari Jumat, 6 November 2009. Harap setiap file terjemahan diformat seperti ini:
MORNING GLORY_nama Anda.doc
dan e-mail berisi sampel terjemahan dinamai seperti ini:
Terjemahan MORNING GLORY (nama Anda)
Di file terjemahan pun sebaiknya mencantumkan nama penerjemahnya untuk
memudahkan kerja redaksi.
Semua hasil terjemahan akan disimpan redaksi sebagai dokumen dan CV penerjemah.
Harap diperhatikan, bagaimana pun naskah ini adalah novel romance. Selain hasil terjemahan yang rapi, kami juga menilai keputusan Anda dalam memilih kata, dan menata kalimat. Dan kemampuan menghadirkan ambience romantis dalam hasil terjemahan Anda adalah nilai plus yang juga kami pertimbangkan nanti.
Selamat bekerja, kami tunggu kabar baik dari Anda sekalian.
Regards,
Redaksi GagasMedia
redaksi@gagasmedia.net
Subscribe to:
Posts (Atom)