Saturday, October 10, 2009

Anak Sastra Qory Sandioriva Puteri Indonesia 2009


Mahkota Puteri Indonesia 2009 akhirnya jatuh ke tangan putri Aceh, Qory Sandioriva (18). Ia terpilih menjadi Puteri Indonesia 2009 Jumat (9/10) malam di Teater Tanah Airku (TTA), Taman Mini Indonesi Indah (TMII). Qory menggantikan posisi Zivanna Letisha Siregar Puteri Indonesi 2008.

Qory mengalahkan 38 finalinis lainnya dari berbagai propinsi di Indonesia. Sebelum akhirnya dinobatkan sebagai Puteri Indonesia 2009 terlebih dahulu Qory masuk ke dalam deretan finalis 10 Puteri Indonesia.

Finalis yang juga masuk ke dalam deretan 10 besar berasal dari Sumatera Barat, Sumatera Selatan, DKI Jakarta 4, DKI Jakarta 6, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Maluku Utara dan Papua Barat. Dengan tenang tapi pasti Qory mencoba menjawab pertanyaan yang telah tersedia.

Di langkah pertamanya Qory mendapatkan pertanyaan mengenai arti bahagia bagi dirinya, dan dengan senyum yang mengembang diwajahnya Qory menjawab arti bahagia bagi dirinya. "Arti bahagia bagi aku adalah disaat kita mensyukuri apa-apa yang telah kita dapatkan dari Tuhan Yang Maha Kuasa, tanpa mengeluhkan seberapa besar bahagia yang kita dapatkan," kata Qory.

Ia mampu menjawab dengan lancar dan dengan waktu 12 detik dari 30 detik waktu yang disediakan. Setelah Qory menjawab pertanyaan yang diberikan kemudian dilanjutkan oleh sembilan finalis lainnya yang masuk 10 besar dengan pertanyaan yang berbeda.

Suasana yang semakin memanas terjadi setelah ke-10 finalis menjawab pertanyaan yang tersedia. Pasalnya para dewan juri yang terdiri sembilan orang ini harus bekerja keras untuk menyaring dari 10 finalis menjadi lima finalis yang akan dikerucutkan menjadi tiga finalis.

Lima finalis itu adalah Qory Sandioriva dari Nanggoroe Aceh Darussalam, Zukhriatul Hafizah S.SI dari Sumatera Barat, Natalie Hermanto,B.A dari DKI Jakarta 4, Audrie Adriana Sanova dari Banten, dan Isti Ayu Pratiwi dari Maluku Utara. Sementara tiga besarnya adalah Qory dari Aceh, Ayu dari Maluku Barat, dan Fiza dari Sumatera Barat.

Ketiganya ditanyai pertanyaan yang sama yakni bagaimanakah perasaan mereka jika terpilih dan apakah mereka akan merasa kecewa jika tidak terpilih menjadi Puteri Indonesia 2009.

Setelah ketiganya menjawab pertanyaan yang sama para penonton pada malam itupun bersorak memberi dukungnya kepada pilihannya. Suasana yang tegang dan memanas tercairkan dengan tampilnya grup band D'massiv dan penyanyi Shanti. Namun Suasana itu kembali memanas dengan dibukakan amplop yang berisi keputusan sembilan juri.

Terpilihlah runner up 2 yaitu Isti Ayu Pratiwi atau Ayu mewaliki provinsi Maluku Utara. Lalu Zukhriatul Hafizah, S.SI atau Fiza mewakili propinsi Sumatera Barat sebagai runner up pertama. Dengan demikian, Qory dinobatkan menjadi Puteri Indonesia 2009. Qory sendiri tidak menyangka kalau dirinya yang terpilih dan Qorypun menangis bahagia.

Selain terpilihnya Puteri Indonesia, semalam juga dinobatkan puteri kepulauan 2009 yang masing-masing adalah, Kepulauan Jawa diperoleh finalis dari Banten Audrie Adriana Sanova (Audrie), Sumatera diperoleh finalis dari Bangka Belitung Survia (Via), Bali dan Nusa Tenggara dipeloreh finalis dari Bali Ni Putu Sukmadewi Eka Utami, Kalimantan diperoleh dari finalis Kalimantan Timur Grace Joselini Corlesa, Sulawesi diperoleh finalis dari Sulawesi Utara Anastasia Margaret Runtunuwu, S.Ked dan juga Indonesia Timur diperoleh finalis Maluku Citra Fragrantia Theodorea Mailoa.

Selain puteri kepulauan juga dinobatkan puteri berbakat yakni jatuh pada puteri dari provinsi Jawa Barat Mayanita, puteri persahabatan dan favorit jatuh ke tangan Virgin yang berasal dari Papua Barat, Puteri Intelegensia 1 dari Jawa Timur Nadia Zahara, S.IP.

Biodata Qory :

Nama Lengkap : Qory Sandioriva
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 17 Agustus 1991
Posisi di Keluaraga : Anak ke dua dari dua bersaudara
Pendidikan : Universitas Indonesia fakultas Satra jurusan sastra Prancis (2009)
Orang Tua : Hj. Fariyawati (ibu)
Dicky Jatmika Ustama (ayah)


Sumber: TEMPO Interaktif

Janet De Neefe Penggagas Ubud Writers and Readers Festival


Janet De Neefe bersama sahabatnya, Heather Curnow, menggagas sebuah festival internasional bernama Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) tahun 2004.

Meski pelaksanaannya dua tahun setelah tragedi bom Legian, festival ini, kata Janet, memang dimaksudkan sebagai ajakan untuk bangkit bersama-sama melawan tindakan-tindakan kekerasan. Mengapa sastra? Padahal Ubud selama ini lebih dikenal sebagai kantong awal pengembangan seni rupa ”tradisional” bergaya Ubud.

Janet secara tangkas memberi jawaban, ”Sastra jauh lebih berani melawan dibandingkan seni rupa.”

Keberanian itulah yang dipuji pemenang nobel kesusastraan asal Nigeria, Wole Soyinka, yang hadir dalam UWRF ke-6 tahun ini. ”Kekeraskepalaan Janet yang membuat saya hadir di sini,” tutur Wole.

Janet tergolong perempuan nekat. Pelaksanaan UWRF yang bernaung di bawah Yayasan Mudra Swari Saraswati yang ia dirikan bersama suaminya, Ketut Suardana, hanya mengandalkan para sukarelawan. Padahal, wadah ini tak kurang mempertemukan ratusan penulis dan pembaca dari berbagai belahan dunia.

”Kalau mengundang para penulis terkenal dari luar biasanya saya memakai agen,” kata Janet. Dan asal tahu, Janet membayar sendiri seluruh perongkosan untuk mendatangkan para penulis dari luar itu. ”Mungkin banyak yang lihat ada sponsor, tetapi itu tidak sepadan dengan apa yang telah dikeluarkan. Dan saya akan terus...,” tekad Janet.

Bahkan, ia terus-menerus akan meningkatkan jumlah partisipasi para penulis Tanah Air. ”Ada ide meluaskan gagasan ini tidak hanya di Ubud, mungkin nanti juga Borobudur atau lainnya,” kata perempuan yang bangga mengenakan kebaya Bali ini. Menurut dia, kemasyhuran nama sebuah tempat sangat berpengaruh terhadap keputusan seseorang untuk menghadiri sebuah perhelatan. Dan, lagi-lagi Ubud ibarat tiket tambahan yang menjadi jaminan bagi para penulis untuk hadir dalam UWRF.

”Tentu saja nama Ubud sangat berpengaruh. Dan sesuatu yang penting di sini bagi Bali yang sedang mengalami krisis kepercayaan keamanan setelah bom: orang-orang datang, hadir di sini,” kata Janet.

Ubud memang bukan satu-satunya tempat yang menjadi simpul kebangkitan Bali pascabom. Tetapi, bahwa UWRF begitu banyak memperoleh dukungan itu pertanda ada daya magnet yang begitu kuat sebagai penarik.

Flash back


Saat mengunjungi Ubud pada usia 15 tahun, Janet De Neefe (50) tak pernah berpikir apalagi bercita-cita menjadi warga Ubud. Ia hanya pelancong yang mengagumi Bali setelah membaca brosur-brosur wisata.

Semuanya berubah ketika ia bertemu Ketut Suardana (51), lelaki asli Ubud, Bali, pada kunjungan berikut. Cintanya benar-benar tertambat. Janet, Janet, alam Ubud jadi semakin romantis bahkan seksi….

Sewaktu memutuskan menikah dengan Ketut pada 1989, Janet merasa seperti terjun ke dalam kolam. ”Saya tidak tahu apa yang akan terjadi. Tetapi saya tahu, saya bahagia karena mencintai daerah ini,” ujar penggagas dan Direktur Ubud Writers and Readers Festival ini.

Malam sudah beranjak menuju titik puncak. Saat kami masih berbincang, Rabu (7/10), jalan-jalan di depan Casa Luna, restoran bercita rasa Spanyol dengan sentuhan Bali, itu mulai sepi. Mata Janet sedikit memerah. Kelihatan ia sangat lelah setelah seharian mondar-mandir mempersiapkan pembukaan festival tahunan yang dihadiri ratusan penulis dari berbagai negara itu.

Ubud, bagi Janet, ibarat desa impian di mana ia mendapatkan apa yang disebut kehangatan keluarga. Itulah sebabnya pada awal tahun 1990-an, ia secara total memutuskan menjadi warga negara Indonesia. ”Ibu saya di Melbourne yang tak habis pikir. Dia bilang nanti kalau sakit bagaimana, kalau begini bagaimana,” tutur Janet masih dengan senyum yang mengembang dari bibir tipisnya itu.

Perempuan kelahiran 9 Juli 1959 ini mengakui tidak mudah memutuskan berpindah kewarganegaraan. ”Tetapi, buat saya menjadi orang Indonesia itu penuh sensasi…,” katanya.

Sensasi itu, misalnya, pada suatu hari ia bepergian ke Selandia Baru. Ketika tahu ia memegang paspor Indonesia, petugas imigrasi setempat secara tiba-tiba mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menurut dia bodoh. ”Mereka tanya mau berapa lama di sini, apa isi tas saya, berapa bawa uang… dan begitu terus. Padahal kalau saya pegang paspor Australia pasti tak akan pernah ditanya, ha-ha-ha…,” ujar Janet.

Janet justru menikmati saat-saat penuh sensasi itu. Ia merasa perjalanannya ke berbagai tempat jadi begitu mengesankan. Di luar alasan itu, baginya cukup penting menjadi Indonesia karena ia bersama suaminya, Ketut Suardana, memiliki beberapa bisnis restoran, toko roti, dan bar.

Cita rasa

Bisnis restoran yang dijalankan Janet bukan sekadar mengeduk keuntungan. Perempuan yang memang gemar melakukan petualangan memasak ini selama bertahun-tahun melakukan eksperimen ”mengaduk-aduk” cita rasa masakan Bali dengan Barat. Hasilnya tidak saja dipresentasikan di Casa Luna dan Indus Restaurant miliknya, tetapi juga dalam buku berjudul Fragrant Rice yang diterbitkan tahun 2003.

Buku ini berisikan resep-resep masakan Bali dan Indonesia beserta cuplikan peristiwa pertemuannya dengan sebuah makanan. Janet juga menuliskan hasil eksperimentasinya terhadap cita rasa sebuah menu masakan. ”Saya biasa memasak dengan orang-orang kampung. Dan tahu, lidah saya sudah sungguh Bali, biasa dengan rasa pedas dan asin…,” katanya.

Kecintaan dan ketotalan menceburkan diri dalam ”kolam” bernama Bali membuat Janet ingin menjadi manusia Bali dalam pengertian paling paripurna. Ia lebih total dibandingkan romantika yang dijalani Rudolf Bonnet, si pengembara yang mengajari orang-orang Ubud melukis modern dalam kelompok Pita Maha. Ketika masih hidup dan sesudah kembali ke Belanda, Bonnet menulis wasiat agar jika meninggal jasadnya dikremasi dan abunya ditaburkan di tanah Bali.

Janet lebih dari itu. Ia memilih benar-benar menjadi bagian dari Ubud. Bahkan ia menyodorkan jalan lain, yang tidak terpikirkan siapa pun, dengan menggelar perhelatan para penulis dan pembaca berskala internasional di Ubud.

”Di sini saya benar-benar memulai jadi manusia dan di sini pula saya ingin menyelesaikan segala sesuatunya,” tutur ibu dari Dewi, Khrisna, Laksmi, dan Arjuna ini. Janet bersama suami dan anak-anaknya tinggal di Banjar Ubud Kelod, Kecamatan Ubud, Gianyar. Sebagai warga banjar, Janet dengan senang hati mengikuti seluruh prosesi ritual yang nyaris setiap hari digelar di Ubud. ”Kalau saya sudah lihat ada upacara, sensasinya berhari-hari akan saya ingat,” kata dia.

Ubud memang seperti desa yang tak henti diberkati para dewa. Ia senantiasa memanggil para petualang seperti Rudolf Bonnet, Walter Spies, Antonio Blanco, Arie Smit, Janet De Neefe, serta banyak lagi para pelancong yang akhirnya menjadi warga setempat.

”Ada sinergi antara alam, budaya, dan tradisi yang membuat saya tidak bisa bilang apa-apa lagi, kecuali tetap di sini,” tutur Janet. Mungkin itu juga berkah dari dewa, Janet, Janet.…

sumber: http://cetak.kompas.com

Friday, October 09, 2009

S1 Bahasa Inggris - CPNS Kemenpora | Deadline 14 Oktober 2009


Penerimaan CPNS Kemenpora | Deadline 14 Oktober 2009

Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga membuka kesempatan kepada Warga Negara Republik Indonesia Pria dan Wanita menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil Formasi 2009, dengan kualifikasi pendidikan dan kebutuhan formasi sebagai berikut :

I. Formasi
* S-2 Ilmu Administrasi: 1 orang
* S-1 Kedokteran Umum: 1 orang
* S-1 Statistik: 1 orang
* S-1 Agama Islam Jurusan Dakwah: 1 orang
* S-1 Bahasa Inggris: 1 orang
* S-1 Ekonomi Manajemen: 2 orang
* S-1 Sosial Hubungan Internasional: 2 orang
* S-1 Pendidikan Luar Sekolah: 1 orang
* S-1 Pertanian: 1 orang
* S-1 Administrasi: 1 orang
* S-1 Keolahragaan Jurusan Kepelatihan: 5 orang
* S-1 Hukum: 1 orang
* S-1 Akuntansi: 1 orang
* S-1 Ekonomi Manajemen: 1 orang
* S-1 Hukum Perdata: 1 orang
* S-1 Komputer: 2 orang
* S-1 Sejarah: 1 orang
* D-3 Komputer: 1 orang
* D-3 Akuntansi: 3 orang
* D-3 Kearsipan: 3 orang
* D-3 Kesehatan Masyarakat: 2 orang
* D-3 Perpustakaan: 1 orang
* D-3 Sekretaris: 1 orang
* SLTA/Sederajat (Pelatih Olahraga): 30 orang yang terdiri dari:
- Cabang Atletik: 2 orang
- Cabang Angkat Berat/Besi: 2 orang
- Cabang Renang: 1 orang
- Cabang Karate: 1 orang
- Cabang Senam: 1 orang
- Cabang Pencak Silat: 2 orang
- Cabang Tinju: 1 orang
- Cabang Dayung: 1 orang
- Cabang Gulat: 2 orang
- Cabang Judo: 1 orang
- Cabang Panahan: 1 orang
- Cabang Taekwondo: 1 orang
- Cabang Balap Sepeda: 1 orang
- Cabang Tenis Meja: 1 orang
- Cabang Binaraga: 1 orang
- Cabang Catur: 1 orang
- Cabang Bulutangkis: 2 orang
- Cabang Bola Basket: 1 orang
- Cabang Bola Voli: 1 orang
- Cabang Layar: 1 orang
- Cabang Menembak: 1 orang
- Cabang Sepakbola: 1 orang
- Cabang Tenis: 1 orang
- Cabang Polo Air: 1 orang
- Cabang Loncat Indah: 1 orang

Thursday, October 08, 2009

Herta Müller Peraih Nobel Sastra 2009


Herta Müller lahir di Romania, 17 Agustus 1953; umur 56 tahun adalah seorang novelis dan penulis puisi dari Jerman yang mendapat hadiah Nobel untuk bidang sastra tahun 2009 lewat karangannya yang menggambarkan kehidupan berat di Romania pada masa pemerintahan Nicolae Ceauşescu

(Source: Wikipedia)

Perempuan asal etnis minoritas Jerman di Rumania yang ditindas karena kritis menyajikan gambaran kehidupan di bawah kekuasaan komunis, Herta Mueller, dianugerahi Nobel sastra untuk 2009. Penghargaan ini diterimanya, Kamis (8/10), dari Akademi Swedia sebagai peringatan 20 tahun runtuhnya komunisme.

Seperti diwartakan Associated Press, Mueller yang lahir di Transylvania Banat, Rumania, dianugerahi penghargaan atas karya puisi dan prosa yang menggambarkan keadaan kaum miskin. "Saya sangat terkejut dan masih tak percaya," kata Mueller dalam sebuah pernyataan yang dirilis penerbitnya di Jerman.

Mueller yang kini berusia 56 tahun itu membuat debutnya pada 1982 dengan kumpulan cerita pendek berjudul Niederungen atau Nadirs yang menggambarkan kerasnya kehidupan di desa kecil di Rumania yang penduduknya berbahasa Jerman. Karya itu pun langsung disensor rezim komunis.

Pada 1984, versi cerita yang tidak disensor diselundupkan ke Jerman. Kemudian, cerpen itu diterbitkan dan mendapat perhatian luas. Lantas akhirnya Mueller dilarang menerbitkan buku di negaranya karena muatan kritik terhadap kekuasaan diktator Nicolae Ceausescu serta polisi rahasia yang sangat ditakuti, Securitate.

Sekretaris Akademi Swedia, Peter Englund, mengatakan gaya menulis Mueller sangat kuat dan unik. Menurut dia, kita akan tahu itu adalah karya Mueller hanya setelah membaca setengah halaman. Di samping itu, dia juga memiliki sesuatu untuk diceritakan. Sebagian kisah berasal dari latar belakang kehidupannya sebagai pembangkang yang dianiaya di Rumania dan sebagian lagi sebagai orang asing di negaranya sendiri. "Orang asing terhadap rezim politik, orang asing terhadap bahasa mayoritas, dan orang asing untuk keluarganya sendiri," tambah Englund.

Menurut aktor antikomunis Rumania yang sekaligus kepala teater nasional Rumania, Ion Caramitru, Mueller adalah penulis yang sangat tulus menghadirkan gambaran tentang apa yang terjadi dengan dirinya. Dan, karya-karyanya pantas membuat para juri terkesan. "Penghargaan ini adalah pengakuan internasional terhadap penindasan yang terjadi di Rumania dan Eropa Timur," ujar Caramitru pada AP.

Mueller merupakan perempuan ke-12 yang meraih Nobel sastra. Penulis wanita yang juga meraih Nobel sastra di antaranya Elfriede Jelinek (Austria) pada 2004 dan Doris Lessing (Inggris) pada 2007.

Ini adalah kali pertama empat wanita menggondol Nobel dalam tahun yang sama. Peneliti asal Amerika Serikat, Elizabeth Blackburn dan Carol Greider adalah pemenang Nobel kedokteran dan Ada Yonath (Israel) dalam bidang kimia.

Hadiah Nobel, termasuk uang US$ 1,4 juta atau lebih dari Rp 13 miliar, akan diserahkan pada 10 Desember mendatang Stockholm, Swedia. Sejauh ini, empat kategori peraih Nobel 2009 telah diumumkan. Peraih Nobel perdamaian akan diumumkan Jumat besok dan bidang ekonomi pada Senin mendatang.

Source Liputan 6, SCTV (YUS)

Wednesday, October 07, 2009

Asuransi Jiwa + KPR = Lebih Murah

Asuransi Jiwa + KPR Murah

Sama-sama asuransi jiwa dan sama-sama sebagai proteksi, ternyata premi paket KPR + asuransi jiwa + asuransi kebakaran lebih murah dan lebih hemat ketimbang premi asuransi jiwa murni.

Misal, rumah seharga Rp 193.200.000, dengan plafon KPR 161.000.000, cukup membayar premi asuransi jiwa hanya Rp 3.997.630, dan premi asuransi kebakaran Rp 500.000.
Bandingkan dengan premi asuransi jiwa murni. Uang Pertanggungan (UP) Rp. 100 juta, harus membayar asuransi jiwanya Rp 28.117.000.

Ingat, UP KPR + Asuransi jiwa setara dengan 2x UP Asuransi jiwa murni, sedangkan preminya jauh di bawahnya.

Oleh karena itu, cermatilah dalam investasi. Inilah salah satu kelebihan inevstasi properti sekaligus proteksi. Harga properti semakin lama semakin naik, dan jiwa Anda tetap diproteksi. Untuk memperjelas contoh hitungan, berikut ini ilustrasinya.
Asuransi Jiwa Murni

Ilustrasi:

* Usia: 42 th
* Asuransi jiwa, kecelakaan & cacat tetap
* Uang Pertanggungan (UP) Rp. 100 jt

Premi tahunan:

* Program dasar 2.546.000
* Kecelakaan & cacat tetap Rp. 200.000
* Waiver of premium Rp. 63.700
* Total Premi Rp. 2.811.700
* Grand Total premi selama 10 tahun: Rp. 2.811.700 x 10 = Rp 28.117.000

Catatan:

* Pembayaran premi setelah berakhir 10 tahun. Kecuali untuk pertanggungan tambahan manfaat perawatan rumah sakit (hospital benefit plus) sesuai dengan ketentuan khusus manfaat perawatan rumah sakit (hospital benefit plus).


Paket KPR + Asuransi Jiwa + Kebakaran

Ilustrasi:

* Usia: 42 th
* Harga rumah Rp. 193.200.000
* Plafon kredit KPR Rp 161.000.000
* Asuransi jiwa, kecelakaan & cacat tetap
* Uang Pertanggungan (UP) Rp. 161.000.000 (senilai KPR)
* Masa pertanggungan 15 tahun
* Jenis pertanggungan: menurun
* Premi asuransi jiwa Rp 3.997.630 (sekali bayar)
* Premi asuransi kebakaran Rp 500.000 (sekali bayar)

Catatan:

* Asuransi jiwa sebsar plafon KPR, dibayar sekaligus selama jangka waktu kredit dengan nilai pertanggungan menurun.
* Asuransi dipasang pada perusahaan asuransi yang ditunjuk oleh bank pemberi KPR.
* Asuransi kebakaran dipasang pada saat bangunan selesai (sesuai dengan proses pembangunan dari developer), premi asuransi dibayar/dicadangkan di muka.
* Asuransi kebakaran menimal sebesar nilai bangunan berdasarkan harga penilaian sepihak dari bank, dibayar sekaligus selama jangka waktu KPR dengan nilai pertanggungan tetap.

sumber: http://citraindah.site40.net