Tuesday, March 02, 2010

Jurnalis vs Sindrom Kelelahan Kronis


Willetton, Theda Myint adalah jurnalis investigasi yang ceria, cantik dan lincah. Saat melakukan perjalanan ke Inggris dalam tugasnya 9 tahun lalu, Theda terkena varian flu Hong Kong. Sejak saat itu si jurnalis tak berdaya melawan sindrom kelelahan kronis. Bicara sepatah kata pun membuatnya kelelahan luar biasa.

Selama 9 tahun ini, Theda tidak mampu untuk hidup normal akibat terkena myalgic encephalomyelitis atau sindrom kelelalahn kronis (ME/CFS).

Tapi tahun lalu semuanya menjadi lebih buruk karena ia hanya bisa tidur seperti terikat di atas kasur. Keluarga memiliki satu harapan terakhir yaitu mengirim Theda ke Inggris dan Belgia untuk mendapatkan pengobatan terbaru atau setidaknya membantu Theda mendapatkan sisa hidupnya kembali.

Saat ini ia tidak bisa melangkah keluar rumah, tidak mampu berbicara lebih dari beberapa detik, tidak dapat mentolerir lampu dan bunyi-bunyi, tidak dapat mengingat apa yang terjadi beberapa menit lalu serta tak mampu hidup seperti layaknya orang normal.

"Terimakasih banyak sudah datang," ujar Theda yang dikunjungi rekan-rekannya, seperti dikutip dari SMH, Selasa (2/3/2010). Tapi setelah mengucapkan kata tersebut, ia sudah mengalami kelelahan dan tidak bisa melakukan apapun.

Theda (34 tahun) mengalami salah satu bentuk dari penyakit myalgic encephalomyelitis atau lebih dikenal sebagai sindrom kelelahan kronis (ME/CFS). Meskipun kedua istilah ini bisa merujuk ke berbagai penyakit, tapi masih sedikit orang yang mengetahui dan memahami penyakit ini.

Kasus yang terjadi pada Theda tergolong parah. Hingga kini tidak ada data statistik yang pasti mengenai berapa banyak orang yang terkena penyakit ME/CFS, tapi sebagian besar mengalami kegagalan berbagai organ.

"Saya diberitahu bahwa kondisi Theda mirip dengan penderita AIDS yang dua minggu lagi akan meninggal. Hal ini sangat menyakitkan hati saya, terlebih Theda harus kehilangan hidupnya," ujar sang ibu Carol Adams.

Theda yang bekerja di WAtoday.com memiliki mimpi menjadi wartawan investigasi dan bekerja di BBC, tapi karena kondisinya yang semakin memburuk ia terpaksa harus melepaskan mimpi-mimpinya tersebut.

Berat badan Theda pun turun hingga 37 kg sekitar 6 bulan yang lalu, interaksi utamanya adalah mendengarkan buku audio dan Maggie anjing pudel kesayangannya yang tak pernah jauh dari sisi Theda.

"Hal yang mengerikan adalah dokter tidak mempercayai penyakit yang diderita Theda begitupun dokter spesialis. Berbagai resep obat psikiatri dan latihan lainnya hanya membuat kondisinya semakin buruk," ujar Adams.

Sang ibu bercerita dulu ada satu obat yang tampaknya berhasil untuk Theda. Tapi ketika Ny Adams pergi lagi untuk mendapatkan obat tersebut lebih banyak, ia diberitahu bahwa Theda tak memenuhi syarat karena penyakit yang dideritanya tidak tepat dengan obat tersebut. Theda akhirnya dibawa ke rumah sakit. Tapi tanpa sadar seorang dokter mungkin menyelamatkan hidupnya.

"Dia menggunakan plester obat penghilang rasa sakit dan kami tidak tahu, tapi ia mendapatkan reaksi dari obat itu. Dia menjerit kesakitan tapi mungkin dapat menyelamatkan hidupnya," ujar Adams.

Plester tersebut diberikan oleh Graham, seorang ahli gizi klinis dan direktur WA ME/CFS Society support group dan juga penderita ME/CFS. Ia bertemu Theda sekitar dua tahun lalu, tapi ia segera mengenali perawatan apa yang dibutuhkan oleh Theda.

"Mungkin hanya ada beberapa dokter di seluruh dunia yang benar-benar memiliki keahlian untuk menangani kasus seperti ini. Para pakar internasional memiliki berbagai metode yang digunakan, sangat mungkin ia bisa pulih dari penyakit ini meskipun banyak obat yang hanya bisa diakses melalui apotek internasional," ujar Graham.

Meskipun Graham tidak bisa berbicara lebih dari 5 menit dengan Theda, namun ia telah melakukan kontak dengan para profesional medis di seluruh dunia untuk mencari pilihan pengobatan yang terbaik bagi Theda.

"Saya ingin mempercayai peluang itu, tapi saya pernah membaca bahwa hanya ada 3-5 persen kesempatan saja untuk kasus yang sangat parah. Tapi saya tetap berusaha untuk optimistis," ujar Adams.

Penyakit ME/CFS umumnya terjadi pada orang dewasa, tapi kini ada juga anak kecil usia pra sekolah yang mengalaminya. Kasus seperti ini umumnya empat kali lebih sering terjadi pada kaum perempuan dibandingkan laki-laki, namun hingga kini belum ada data statistik yang jelas.

Gejala yang timbul untuk penyakit ME/CFS bervariasi pada setiap orang. Tapi gejala umumnya adalah tiba-tiba merasa letih yang parah terutama setelah sakit seperti flu, tidur tidak nyenyak, otot dan sendi nyeri tapi tanpa ada pembengkakan, intensitas dan pola sakit kepala yang berubah, sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar getah bening di leher atau ketiak serta tidak mampu berkonsentrasi.

Sindrom kelelahan kronis telah menyerang jutaan penduduk dunia.Pasien yang menderita sindrom kelelahan kronis biasanya mengalami gejala demam, sakit kepala, rasa ngantuk dan kekelahan fisik yang lama rata-rata 6 bulan atau lebih.

Sebelumnya ilmuwan dari Amerika Serikat berhasil menemukan terobosan penting, menjawab apa yang menjadi penyebab penyakit sindrom kelelahan kronis. Sebuah virus tunggal jenis retrovirus yang dikenal sebagai XMRV ternyata memainkan peranan dalam penyakit ME ini.

Vera Farah Bararah

No comments: