Sunday, February 07, 2010

Oscar untuk AVATAR


Nominasi Academy Awards ke-82 tidak jauh berbeda dibanding nominasi Golden Globe Awards, yang diumumkan 17 Januari lalu. Film ”Avatar” diduga akan merajai malam penganugerahan Oscar, 7 Maret mendatang.

Film karya sutradara James Cameron itu diunggulkan di sembilan kategori, yakni film, sutradara, sinematografi, tata artistik, penyuntingan, musik film (original score), penyuntingan suara, mixing suara, dan efek visual terbaik. Di ajang Golden Globe Awards, film yang menggunakan teknologi gambar komputer (CGI) tiga dimensi terbaru ini meraih gelar Film Drama Terbaik dan Sutradara Terbaik.

Film karya mantan istri Cameron, Kathryn Bigelow, juga meraih jumlah nominasi yang sama. The Hurt Locker, film karya Bigelow tentang kisah prajurit AS di medan perang Irak, bersaing dengan Avatar di hampir semua kategori yang sama, kecuali di bidang tata artistik dan efek visual.

Sebagai gantinya, pemeran utama The Hurt Locker, Jeremy Renner, masuk dalam unggulan pemeran utama pria terbaik dan skenario film itu, yang ditulis Mark Boal, menjadi salah satu nomine di kategori skenario asli terbaik.

Hal istimewa lain dalam pengumuman nominasi Oscar tahun ini adalah ditambahnya daftar unggulan untuk kategori film terbaik, dari lima film menjadi sepuluh film. Menurut The Wall Street Journal, seperti dikutip kantor berita AP, Rabu (3/2) petang, penambahan jumlah nomine tersebut merupakan usaha untuk menaikkan rating acara siaran langsung penganugerahan Oscar yang akan digelar di Kodak Theatre, Hollywood, AS.

Peluang

Dari sepuluh nomine, baru setengahnya yang sudah diputar di Indonesia, yakni Avatar, The Hurt Locker, District 9, Inglourious Basterds, dan film animasi Up. Sementara lima film unggulan lain, yakni An Education, Precious: Based on the Novel ’Push’ by Sapphire, A Serious Man, Up in The Air, dan The Blind Side, belum bisa dinikmati penonton Indonesia di layar bioskop.

Kemungkinan paling besar meraih gelar film terbaik ada di tangan Avatar. Film ini tidak hanya sukses di pasar (memecahkan rekor Titanic sebagai film terlaris sepanjang masa dengan pendapatan total lebih dari dua miliar dollar AS di seluruh dunia), tetapi juga mendapatkan sambutan positif dari sebagian besar kritikus film.

Para kritikus film dari media berpengaruh di AS, seperti The New York Times, Wall Street Journal, Washington Post, Boston Globe, dan majalah Time, Variety, serta Rolling Stone memuji film ini. ”(Film) ini memperluas berbagai kemungkinan yang bisa dilakukan oleh sebuah film,” tulis Peter Travers, kritikus film Rolling Stone, yang menyebut jenis film seperti Avatar inilah yang menjadi favorit para anggota Academy of Motion Picture Arts and Sciences, lembaga pemberi Oscar.

Tahun 1997, film Titanic, yang juga digarap secara kolosal dan penuh efek visual komputer oleh James Cameron, menyabet 11 Oscar termasuk gelar Film Terbaik. Tiga tahun kemudian, Gladiator arahan Ridley Scott meraih gelar Film Terbaik dan empat Oscar lainnya. Pada tahun 2003, pemuncak trilogi The Lord of The Rings, The Return of The King, juga mengoleksi 11 Oscar, termasuk gelar sutradara terbaik untuk Peter Jackson.

Unsur lain

Film-film tersebut juga memiliki unsur-unsur lain yang digarap tuntas, mulai dari akting, kedalaman karakter, olah imajinasi, tata artistik, editing, hingga pola rangkaian plot yang logis dan meyakinkan. Avatar memiliki semua itu.

Tidak berarti film-film lain dalam nominasi tahun ini adalah film jelek. Inglourious Basterds menjadi salah satu puncak pencapaian Quentin Tarantino dalam mengeksplorasi tema kekerasan dengan bungkus kisah kekejaman Nazi pada Perang Dunia II. Keberhasilan Tarantino mengarahkan rangkaian dialog-dialog panjang menjadi sebuah adegan puncak teror psikologis membuat dia menjadi saingan berat Cameron di kategori sutradara terbaik.

The Hurt Locker menjadi semacam antitesis Avatar yang dibuat dengan biaya hampir 300 juta dollar AS. Dengan biaya hanya sekitar 11 juta dollar AS (menurut imdb.com), Bigelow yang bekerja dengan sebuah rumah produksi independen berhasil menampilkan realitas perang di Irak yang dihadapi para prajurit angkatan bersenjata AS.

Film Up, duet sutradara Pete Docter dan Bob Peterson, selain menampilkan humor yang orisinal dan teknologi terkini di dunia film animasi, juga menyajikan cerita menyentuh tentang jurang perbedaan antargenerasi.

Sementara District 9 memberi alternatif sudut pandang dan cara penggarapan sebuah film tentang kedatangan alien ke planet Bumi. Melalui film ini, sutradara Neill Blomkamp hendak bicara tentang pluralisme dan toleransi.

Lima film lain, dilihat dari isi sinopsisnya, adalah film-film yang lebih menekankan kekuatan cerita dan akting. Sangat boleh jadi, dari sisi kekuatan cerita dan pesan yang ingin disampaikan, lima film ini lebih kuat dibanding lima film yang sudah masuk Indonesia itu.
Kompas Minggu, 7 Februari 2010 | 02:56 WIB

No comments: