Friday, April 11, 2008

[Publishing] 7 Macam & Jenjang Editor

Menarik membaca Kiat Menjadi Editor yang dimuat MATABACA edisi September 2004. Di sana dipaparkan 20 kiat menjadi editor. Tulisan itu dipetik dari merupakan sepenggal pengalaman M. Lincoln Schuster, pendiri dan penerbit andal Simon and Schuster.

Dalam sebuah kesempatan, tidak disengaja, saya coba menyampaikan kepada salah satu pengasuh majalah ini bahwa artikel tersebut perlu dibaca dengan bijaksana. Kami sampai pada kesepakatan, bahwa artikel yang dimuat itu murni pengalaman di luar negeri. Dan layaknya pengalaman yang lain tidak ada yang salah. Semua pengalaman benar adanya. Bukankah setiap pengalaman sudah dialami?

Lalu apanya yang salah, dan karena itu, saya sewot?

Yang membuat saya sewot ialah kalau ada eksekutif, atau editor Indonesiasetelah membaca tulisan itu lalu mengharuskan, sekaligus mengidolakan, agar editornya berbuat seperti Lincoln Schuster. Tentu saja, tidak bisa. Bahkan, perbuatan seperti itu harus dicegah! Lincoln itu publisher, alias editorial director.

Di luar negeri, dikenal 7 macam editor. Sementara di negeri kita ada dua, bahkan kalau mau diperas, cuma satu macam saja. Asalkan pekerjaan seseorang menypiapkan naskah untuk diterbitkan menjadi buku, lalu dikalungkanlah ke lehernya medali editor. Tidak peduli, apakah medali itu kemudian sanggup disandangnya atau tidak.

Yang kerap terjadi ialah, sang editor sarat beban. Tall puppet, istilah manajemennya. Bukan karena ia tidak kabapel, melainkan banyak tugas yang dijalankannya sebenarnya bukan tugas pokoknya. Tapi tugas yang melekat pada jabatan lain yang, di luar negeri, ditangani publisher atau senior editor. Terdorong hasrat untuk sekadar mengingatkan bahwa di luar negeri job des dan remunerasi pekerja di bidang industri perbukuan sudah canggih dan rapi dan atas saran salah satu pengasuh majalah ini saya menulis artikel ini. Sumber diambil dari buku pegangan asosiasi penerbit Amerika, semacam Ikapi-nya kita.

            Inilah tujuh macam dan jenjang editor di sana.

 

1. Editorial Director

Nama lainnya ialah publisher, editor-in-chief, executive editor, vice president, dan editorial. Seorang editorial director bertanggung jawab atas seluruh rangkaian manajemen editorial, terutama dalam perencanaan dan pengembangan program editorial dalam sebuah perusahaan. Selain itu, ia juga bertanggung jawab atas kontrol anggaran dan pengembangan staf. Atasan langsung editorial director ialah direktur divisi atau direktur kelompok (president, executive vice president, division vice president). Ia mensupervisi senior acquisition editors, managing editor, dan project editor. Pendididikan minimalnya sarjana muda atau yang sederajat, pernah mendapat training mengenai bisnis dan keuangan. Disyaratkan untuk memegang jabatan ini seorang yang berpengalaman dan cakap dalam membuat perencanaan, perrnah mencatat raport yang baik dalam bidang penerbitan, dan cakap di dalam memenuhi kebutuhan produksi dan pemasaran.

Berhasil tidaknya pemangku jabatan ini dapat diukur dari:

a. return of investment;

b. profit gross margin;

c. sanggup memotivasi dan mengarahkan staf di dalam mencapai tujuan redaksional;

d. mampu bekerja sama dengan bidang terkait, termasuk dengan pengarang dan pelanggan.

 

2. Senior editor

Nama lainnya ialah acquisiton editor, sponsoring editor, editor, dan project editor. Fungsi utama senior editor ialah menyediakan sejumlah naskah yang memenuhi target penjualan, merencanakan dan mengelola pengembangan proyek perbukuan.

Disyaratkan ia sebelumnya pernah berpengalaman sebagai asisten atau associate editor dan cakap di bidang editorial. Keterampilan yang diandaikan dimiliki senior editor:

a. menguasai disiplin ilmu tertentu;

b. sanggup memecahkan persoalan dan dapat mengambil keputusan yang tepat;

c. memiliki kemampuan mengorganisasikan;

d. memiliki kemampuan supervisi;

e. memiliki keterampilan negosiasi.

 

3. Managing editor

Tugas pokok managing editor ialah mengkoordinasikan fungsi-fungsi editorial sebagaimana mestinya dalam rangka memenuhi seluruh rencana penerbitan. Ia lebur dalam totalitas kerja sama antarbagian redaksi, pemasaran, dan produksi. Ia mengarahkan fungsi-fungsi staf redaksi dalam kaitannya dengan pencapaian target. Diandaikan managing editor memiliki pengalaman sebagai seorang profesional di bidang editorial. Ia pernah menjadi supervisor, pernah ambil bagian dalam perncanaan dan berpengalaman dalam mengkoordinasi rencana-rencana redaksional.

 

4. Associate editor

Nama lainnya ialah editor, project editor, text book editor. Tugas utama seorang associate editor ialah memeriksa naskah-naskah. Kemudian, memberikan rekomendasi bagaimana naskah itu ditangani. Jika perlu, ditulis ulang di bawah supervisi project atau senior editor. Diandaikan associate editor mempunyai keterampilan menulis. Selain itu, ia juga disyaratkan memiliki pengetahuan mengenai desain buku. Dan yang sangat diharapkan dari editor jenis ini ialah kemampuannya membaca dan menangkap tren yang sedang berkembang di bidangnya.

 

5. Copy editor

Tugas utama copy editor ialah mengedit naskah sesuai dengan gaya selingkung, menjaga konsistensi naskah, membetulkan kesalahan cetak, ejaan, dan tanda baca. Ia juga membaca proof akhir dan menangani semua mock-up untuk keperluan produksi dan promosi. Disyaratkan copy editor memiliki kemampuan dan cakap di dalam menerapkan ejaan dan tanda baca. Syarat yang tidak boleh ditawar-tawar ialah seorang copy editor harus teliti. Ia juga diandaikan memiliki pengetahuan di bidang industri perbukuan. Semua kecakapan itu harus dapat dutunjukkan pada saat tes masuk. Kinerja copy editor diukur dari kesanggupannya memenuhi tenggat waktu dan anggaran yang ditetapkan.

 

6. Assistant editor

Nama lainnya ialah editorial assistant dan editorial trainee. Tugas pokoknya ialah memeriksa dan mengedit naskah untuk disetujui oleh associate editor atau managing editor. Ia harus memiliki keterampilan menulis.

 

7. Edtorial assistant

Nama lainnya ialah editorial secretary, editorial trainee, assistant editor. Pendidikan minimal sarjana muda. Disyaratkan cakap dalam mengetik, memiliki pengetahuan mengenai perkantoran, dan menguasai proses editorial. Ia membantu editor di dalam mengkoordinasikan kopi editor lepas dan pembaca proof. Ia juga membantu mengurus jual beli copyrights.

 

Catatan Kritis

Lain lubuk lain ikannya. Lubuk (penerbit) di luar negeri khususnya Amerika dan Eropa banyak sekali ikan (produksi dan omset)-nya. Sementara lubuk di Indonesia, selain dangkal dan kering, juga ikannya sedikit sekali. Total bisnis buku di Indonesia per tahun dari kurang 2 triliun rupiah, harus direbut oleh sekitar 250 penerbit. Terjadi pareto, 20% dari penerbit menguasai 80% pasar. Karena itu, tidak mengherankan dalam perebutan itu, terjadi saling jegal.

Maka membandingkan posisi, tugas, dan gaji antara editor luar negeri dan Indonesia ibarat membandigkan laut dan sungai. Gajinya saja beda 20 kali lipat jika dikonversi dengan rupiah. Di luar negeri, jenjang dan pengembangan karier editor jelas. Seseorang yang berkualifikasi ini dan telah menguasai skill tertentu, naik gaji dan naik pangkat. Semua itu sudah diperinci secara tertulis dalam peraturan perusahaan. Struktur dan organisasi perusahaan penerbitan juga jelas. Job des dan hubungan kerja diuraikan secara gamblang. Lebih rinci tentang ini, bacalah misalnya Frans Poles, Job Evaluation and Remuneration (Kogan Page, 1997).

Selain itu, jenjang gaji antara eksekutif dan pelaksana perusahaan penerbitan di luar negeri tidak beda jauh. Di Indonesia? Gaji antara pelaksana dan eksekutif 1:10! Karena itu, membaca artikel 20 Kiat Menjadi Editor dalam MATABACA edisi September 204 (halaman 3–31), mestilah bijaksana. Kiat yang disampaikan di sana memang inspiratif, tapi (hanya) cocok di sana juga. Meski harus diakui, beberapa kiat ada yang cocok diterapkan di negeri kita. Kalau sebuah penerbitan buku ingin sukses, ya proses kerjanya mesti demikian.

Di Indonesia, asalkan seorang tugasnya menyiapkan naskah untuk diterbitkan menjadi buku, sudah dibaiat sebagai editor. Tidak peduli latar belakang pendidikan, kualifikasi, dan pengalamannya. Juga, tidak peduli ia digaji berapa. Tugasnya bisa merangkap semua yang dilakukan editor seperti diulas dalam MATABACA.

Di luar negeri, karena kinerja seseorang sangat terkait dengan jenjang karier didukung semua orang bisa fair dan dapat mengakui keunggulan orang lain bisa saja seorang copy editor kelak menjadi publisher.

Sementara di negeri kita, seorang yang sejak hari pertama masuk sebagai asisten editor, sampai pensiun juga tetap asisten editor. (Saya teringat, pernah direktur sebuah penerbitan mengkritik seorang asisten editor yang mengeluhkan tentang tidak jelasnya jenjang kepangkatan. Sang direktur berkata kepada asisten editor, Tapi gaji kamu berubah, tidak statis kan? Dalam hati saya berkata, itu kacamata direktur. Berubah sih berubah secara nominal, namun perubahan itu apa sudah sebanding dengan fluktuasi harga di luar?)

Itu sebabnya, usai membaca rubrik Sunting di MATABACA Volume 3 No.1 itu saya bertanya dalam hati, Editor yang mana?

-- R. Masri Sareb Putra

1 comment:

BAGAS PARYONO YUNIOR said...

Great. It's good indeed to have such alumnae board. We can get in touch to one another. Always give information about job vacancies to the fresh graduate. Viva Sastra Inggris UNS!